Ketua DPR Serukan Hentikan Kegaduhan Politik Sepanjang Ramadan
![](http://berkas.dpr.go.id/pemberitaan/images_pemberitaan/images/HR-00012.jpg)
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, foto : jaka/hr
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengimbau masing-masing kubu kekuatan politik, untuk menghentikan kegaduhan politik sepanjang periode hari besar keagamaan. Bulan Suci Ramadan 1440 Hijriyah tahun ini hendaknya dijadikan momentum pemulihan hubungan baik antar-komunitas yang selama ini berseberangan karena berbeda pandangan politik.
“Pemulihan hubungan baik itu hendaknya diawali dengan kesadaran bersama. Kesadaran untuk berhenti menyemburkan ujaran kebencian, berhenti saling tuduh, berhenti saling ancam, dan tidak lagi membuat pernyataan provokatif,” tandas Bamsoet, sapaan akrab Ketua DPR RI itu, dalam press release yang diterima Parlementaria, Senin (6/5/2019).
Politisi Partai Golkar ini mengatakan, pada periode bulan suci, semua kekuatan politik patut peduli dan menghormati masyarakat yang sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Oleh karena itu, agar masyarakat fokus dan khusyuk, ruang publik hendaknya bersih dari segala sesuatu yang berpotensi menganggu kesakralan Bulan Suci Ramadan.
“Dua pekan lebih setelah pemungutan suara Pemilu 2019, sebagian masyarakat merasa tidak nyaman, karena ruang publik masih terasa sangat bising. Kebisingan itu disemburkan oleh dua kubu yang paling berkepentingan dengan hasil perhitungan suara Pemilihan Presiden oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Isu tentang kecurangan terus dihembuskan kedua kubu,” ungkap Bamsoet.
Kebisingan itu pun memancing perhatian sebagian publik. Ada yang menanggapinya dengan dengan sikap biasa saja dan ada juga yang terpancing emosinya. Perilaku emosional yang dipertontonkan, kendati hanya dengan pernyataan yang provokatif tak pelak membuat beberapa kalangan merasa khawatir.
“Di kalangan akar rumput pun sempat tergoda menyoal isu people power yang diwacanakan oleh kalangan tertentu. Perbincangan tentang hal-hal seperti ini bermunculan karena perang pernyataan tentang kecurangan Pemilu tak pernah reda. Para tokoh masyarakat sudah menggemakan imbauan agar saling tuduh itu tidak diteruskan. Namun, imbauan itu seperti dianggap angin lalu saja,” tutur Bamsoet.
Legislator dapil Jawa Tengah VII ini menegaskan, Bulan Suci Ramadan hendaknya patut untuk dijadikan momentum bagi semua kekuatan politik. Momentum untuk menahan diri dan membantu masyarakat di berbagai daerah mewujudkan pemulihan hubungan baik antarkomunitas.
“Sudah barang tentu tidak akan dipersalahkan, jika masing-masing kubu kekuatan politik terus bergiat mengumpulkan bukti-bukti kecurangan. Namun, setiap temuan hendaknya disikapi dengan perilaku yang elegan, tanpa harus memancing emosi publik,” pungkas Bamsoet. (pun/sf)